Pages

Senin, 11 Februari 2013

Hujan Abu Rintik-Rintik

Hujan Abu Rintik-Rintik menodai bahu dan rambutku,
meski demikian tak pernah sedikitpun rasa sesal ada dipikirku,
dan juga tidak terbesit sama sekali untuk mengusap untk membersihkannya,
aku bangga akan noda yang menempel ini,
sebuah noda dan juga sebuah berkah tuhan,
karena masih diizinkan untuk menikmati hujan abu ini,
kebahagiaan tiada terkira karena hujan ini seperti penghapus masa lalu,
penghapus kemunafikan yang bersembunyi dalam kesucian,
 tapi disamping itu ketakutan juga datang menghampiri,
semakin aku menikmati rintik hujan debu ini,
semakin aku takut takkan dapat berjumpa lagi,
setetes air mata pun tak berani ku teteskan,
karena takut akan menghaps noda yang memeluk seluruh tubuhku ini,
kunikmati dan kunikmati,
semakin kunikmati kebahagiaan bisa berdiri dibawah Rintik Hujan Abu.

Malam Itu

Malam itu seolah aku merasa hidup kembali setelah sekian lama hidup dalam keterasingan, ada hal baru yang begitu sulit digambarkan karena keindahan surganya, sempat terendus dalam kecurigaan dalam keindahannya namun semuanya tertutup karena godaan dan halusinasi yang ia munculkan, semua hilang, semuanya terlena akan kenikmatan yang pasti jika kau didalamnya kau takkan bisa keluar juga, nikmat, indah, dan juga nyaman, permaslahan dunia bukan lagi menjadi masalah, karena permasalhan terbesar saat itu ialah kehilangan keindahannya, terbang melayang merangkai bunga surga untuk dipersembahkan, berbagai upaya untuk melihat keindahannya sampai-sampai tak tersadar telah menjual separuh jiwanya untuk mengabdi pada Kenikmatan dan keindahan.

tapi kemudian sesuatu membangunkanku untuk menyadari bahwa justru itu awal dari kematianku, kehidupanku yang biasanya bercengkrama dengan ketenangan dan sepi, berubah menjadi kehidupan yang tak tenang karena menginginkan kenikmatan dan keindahan selalu menemani.